Memalukan! FIFA “Tertawakan” PSSI karena Piala Indonesia, Inilah 4 Hal Penyebabnya
18 Mei 2018
Piala Indonesia 2018 memang sudah resmi digulir. Beberapa laga juga sudah dipertandingkan, meskipun banyak pro dan kontra yang menyertainya turnamen ini. Berikut informasinya!
Sejatinya, Piala Indonesia pertama kali digelar pada tahun 2005. Dilansir dari Jogja.tribunnews.com (08/05/2018) Piala Indonesia pertama kali digelar berlabel Copa Dji Sam Soe. Saat itu ada 92 klub yang mengikuti ajang bergengsi ini.
Untuk pertama kalinya, Arema Malang dan Persija Jakarta lolos ke babak final. Pertandingan final ini digelar di GBK. Hasilnya, skuad SIngo Edan berhasil menang atas Macan Kemayoran dengan skor 4-3. Arema Malang berhasil menjadi juara turnamen ini untuk pertama kalinya.
Pada 2006 dan 2007, turnamen ini kembali digelar. Arema Malang dan Sriwijaya FC tampil sebagai jawaranya. Sriwijaya FC berhasil mempertahankan juara sampai pada tahun 2010. Namun pada 2012 silam, titel juara bertahan yang dipegang Sriwijaya FC harus jatuh ke Persibo Bojonegoro.
Tahun 2012 adalah tahun terakhir diselenggarakannya turnamen ini. Sempat lama vakum, akhirnya Piala Indonesia kembali digelar. Kali ini, peserta Piala Indonesia berjumlah 128 klub. Dengan jumah sebanyak itu, tentu turnamen ini akan sedikit lebih lama.
Terlepas dari bagaimana turnamen ini digelar, ada sedikit permasalahan yang muncul. Apa saja permasalahannya? Berikut adalah 4 poin inti permasalahan digelarnya Piala Indonesia tahun ini:
1. Jadwal Molor
Tak dipungkiri, persepakbolaan di Indonesia masih carut marut. Pasalnya, liga dan turnamen yang sudah direncakan sering mengalami penundaan. Dilansir dari Superball.bolasport.com (16/03/2018) Piala Indonesia 2018 ini sejatinya akan digelar pada awal bulan April. Namun kenyataanya, Piala Indonesia ini baru bisa digelar pada akhir bulan April.
2. Mendadak Kembali Digelar
Setelah cukup lama vakum, turnamen ini kembali digelar. Bangga dan puas memang sudah seharusnya, tetapi ada kepentingan apa dibalik ini semua? Faktanya, pada tahun 2018 ini, ada tiga kejuaraan yang bergulir. Pertama adalah Piala Presiden yang sudah dilakukan dan Persija Jakarta menjadi juaranya. Kedua adalah Liga 1 Indonesia yang sedang berjalan. Ketiga adalah Piala Indonesia yang kembali bergulir setelah vakum cukup lama. Hal ini tentu menimbulkan sejumlah pertanyaan.
3. Pemenang Tidak Masuk Agenda AFC
Satu hal yang paling mengejutkan adalah klub yang menjuarai turnamen ini belum tentu menjadi wakil Indonesia di Piala AFC. Kenapa tidak? Karena turnamen ini berakhir pada Januari 2019, setelah pendaftaran Piala AFC sudah ditutup pada bulan Desember 2018. Lantas, bagaimana prospek tim yang juara Piala Indonesia tahun 2018 ini? Kalau hanya mendapat sertifikat, tropi dan uang maka Piala Indonesia ini tak ubahnya seperti “tarkam”, hanya saja dikemas sedikit lebih bagus dan elegan.
4. Setara Turnamen Tarkam
Penjelasan pada poin ke-3 tersebut sudah sedikit banyak mewakili. Seharusnya, tim yang menjadi juara harus diberikan penghargaan yang lebih, salah satunya bisa menjadi wakil Indonesia di ajang bergengsi level Asia. Mengapa demikian? Karena dulu pemenang dari turnamen ini bisa mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia.
FIFA tidak mungkin menutup mata dan telinga. Mendengar ini, mungkin FIFA sedikit “tertawa nakal”. Mengapa demikian? PSSI selalu datang dengan berbagai problem dan permasalahan. Bahkan yang terakhir, PSSI mendapat denda dari FIFA sebesar 427 juta.
Belum lagi ditambah beberapa kasus di Liga 1 Indonesia yang baru digelar beberapa waktu lalu. Dengan adanya permasalahan tersebut, pantas jika FIFA memandang sebelah mata terhadap persepakbolaan Indonesia. Bahkan jika diperbolehkan, mungkin FIFA akan “menertawakan” secara terang-terangan terhadap otoritas organisasi tertinggi persepakbolaan di Indonesia ini.
Bagaimana menurut Sobat ?
Sumber:ucnews
18 Mei 2018
Piala Indonesia 2018 memang sudah resmi digulir. Beberapa laga juga sudah dipertandingkan, meskipun banyak pro dan kontra yang menyertainya turnamen ini. Berikut informasinya!
Sejatinya, Piala Indonesia pertama kali digelar pada tahun 2005. Dilansir dari Jogja.tribunnews.com (08/05/2018) Piala Indonesia pertama kali digelar berlabel Copa Dji Sam Soe. Saat itu ada 92 klub yang mengikuti ajang bergengsi ini.
Untuk pertama kalinya, Arema Malang dan Persija Jakarta lolos ke babak final. Pertandingan final ini digelar di GBK. Hasilnya, skuad SIngo Edan berhasil menang atas Macan Kemayoran dengan skor 4-3. Arema Malang berhasil menjadi juara turnamen ini untuk pertama kalinya.
Pada 2006 dan 2007, turnamen ini kembali digelar. Arema Malang dan Sriwijaya FC tampil sebagai jawaranya. Sriwijaya FC berhasil mempertahankan juara sampai pada tahun 2010. Namun pada 2012 silam, titel juara bertahan yang dipegang Sriwijaya FC harus jatuh ke Persibo Bojonegoro.
Tahun 2012 adalah tahun terakhir diselenggarakannya turnamen ini. Sempat lama vakum, akhirnya Piala Indonesia kembali digelar. Kali ini, peserta Piala Indonesia berjumlah 128 klub. Dengan jumah sebanyak itu, tentu turnamen ini akan sedikit lebih lama.
Terlepas dari bagaimana turnamen ini digelar, ada sedikit permasalahan yang muncul. Apa saja permasalahannya? Berikut adalah 4 poin inti permasalahan digelarnya Piala Indonesia tahun ini:
1. Jadwal Molor
Tak dipungkiri, persepakbolaan di Indonesia masih carut marut. Pasalnya, liga dan turnamen yang sudah direncakan sering mengalami penundaan. Dilansir dari Superball.bolasport.com (16/03/2018) Piala Indonesia 2018 ini sejatinya akan digelar pada awal bulan April. Namun kenyataanya, Piala Indonesia ini baru bisa digelar pada akhir bulan April.
2. Mendadak Kembali Digelar
Setelah cukup lama vakum, turnamen ini kembali digelar. Bangga dan puas memang sudah seharusnya, tetapi ada kepentingan apa dibalik ini semua? Faktanya, pada tahun 2018 ini, ada tiga kejuaraan yang bergulir. Pertama adalah Piala Presiden yang sudah dilakukan dan Persija Jakarta menjadi juaranya. Kedua adalah Liga 1 Indonesia yang sedang berjalan. Ketiga adalah Piala Indonesia yang kembali bergulir setelah vakum cukup lama. Hal ini tentu menimbulkan sejumlah pertanyaan.
3. Pemenang Tidak Masuk Agenda AFC
Satu hal yang paling mengejutkan adalah klub yang menjuarai turnamen ini belum tentu menjadi wakil Indonesia di Piala AFC. Kenapa tidak? Karena turnamen ini berakhir pada Januari 2019, setelah pendaftaran Piala AFC sudah ditutup pada bulan Desember 2018. Lantas, bagaimana prospek tim yang juara Piala Indonesia tahun 2018 ini? Kalau hanya mendapat sertifikat, tropi dan uang maka Piala Indonesia ini tak ubahnya seperti “tarkam”, hanya saja dikemas sedikit lebih bagus dan elegan.
4. Setara Turnamen Tarkam
Penjelasan pada poin ke-3 tersebut sudah sedikit banyak mewakili. Seharusnya, tim yang menjadi juara harus diberikan penghargaan yang lebih, salah satunya bisa menjadi wakil Indonesia di ajang bergengsi level Asia. Mengapa demikian? Karena dulu pemenang dari turnamen ini bisa mewakili Indonesia di ajang Liga Champions Asia.
FIFA tidak mungkin menutup mata dan telinga. Mendengar ini, mungkin FIFA sedikit “tertawa nakal”. Mengapa demikian? PSSI selalu datang dengan berbagai problem dan permasalahan. Bahkan yang terakhir, PSSI mendapat denda dari FIFA sebesar 427 juta.
Belum lagi ditambah beberapa kasus di Liga 1 Indonesia yang baru digelar beberapa waktu lalu. Dengan adanya permasalahan tersebut, pantas jika FIFA memandang sebelah mata terhadap persepakbolaan Indonesia. Bahkan jika diperbolehkan, mungkin FIFA akan “menertawakan” secara terang-terangan terhadap otoritas organisasi tertinggi persepakbolaan di Indonesia ini.
Bagaimana menurut Sobat ?
Sumber:ucnews